Agrotekno Sarana Industri
085741862879
Jual Probiotik Penggemuk Sapi Potong
085741862879
Jual Probiotik Penggemuk Sapi Potong
Daging sapi adalah salah satu produk peternakan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan dunia. Aneka produk olahan
daging sapi cukup variatif antara lain; abon, sosis, dendeng, beef,
bakso, soto, nugget, dan lain-lain. Produk-produk olahan berbahan
baku daging sapi tersebut mudah ditemukan di warung-warung,
toko-toko, hingga supermarket. Berkembangnya industri pengolahan
makanan berbasis daging sapi telah memacu meningkatnya permintaaan
daging sapi dalam negeri. Adanya pertambahan jumlah penduduk,
kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi protein hewani dan
meningkatnya pendapatan masyarakat, turut memacu meningkatnya
permintaan daging sapi.
Permintaan daging sapi dalam negeri mengalami kecenderungan meningkat
dari tahun ke tahun. Produksi daging sapi lokal masih cenderung
fluktuatif yang menunjukkan bahwa ketersediaan daging sapi lokal
tidak konsisten, sehingga memacu terjadinya impor daging sapi dan
sapi bakalan. Hingga kini, pasokan daging sapi lokal belum mampu
mengimbangi permintaan daging sapi, sehingga sebagian besar daging
sapi yang beredar di pasaran masih impor dari negara lain. Saat ini,
harga daging sapi segar masih terbilang tinggi, berkisar Rp.75.000 –
Rp.85.000/kg. Menjelang hari raya Idhul Fitri dan hari-hari besar
nasional lainnya, permintaan daging sapi mengalami lonjakan yang
cukup signifikan dan memicu kenaikan harga daging sapi.
Meningkatnya permintaan daging sapi, menjadi tantangan sekaligus
peluang untuk mengembangkan usaha peternakan sapi potong di
Indonesia. Budidaya sapi potong sangat prospektif, karena permintaan
daging sapi baik pasar domestik maupun luar negeri sangat tinggi dan
cenderung meningkat. Selain menghasilkan daging,
usaha budidaya sapi memberikan banyak
manfaat antara lain adalah: menghasilkan
pupuk kandang yang dapat diproses menjadi pupuk organik yang banyak
mengandung unsur hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga
menjadi lebih gembur dan subur; urin sapi dapat diolah menjadi pupuk
organik yang mahal harganya; pembuatan biogas dari kotoran sapi;
kulit sapi dapat dijadikan sebagai bahan baku industri kerajinan
kulit dan kerupuk krecek; tulang sapi dapat diolah menjadi bahan
bahan seperti; perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan.
Selain itu, sapi juga sering dimanfaatkan untuk menarik gerobak, atau
membajak sawah oleh para petani.
Untuk memacu ketersediaan daging sapi nasional maka perlu upaya
meningkatkan populasi, dan produktivitas sapi potong. Untuk
meningkatkan populasi dan produksi sapi potong, perlu upaya
pengembangan usaha pembibitan dan penggemukan sapi potong.
Ketersediaan bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi
yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung
terpenuhinya kebutuhan daging, sehingga diperlukan upaya pengembangan
pembibitan sapi potong secara berkelanjutan. Pembibitan dan
penggemukan sapi potong saat ini masih berbasis pada peternakan
rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana,
pemanfaatan teknologi seadanya, dan umumnya lokasi tidak
terkonsentrasi.
Untuk memacu peningkatan populasi dan produksi sapi nasional, maka
budidaya sapi perlu diarahkan dari teknik ekstensif ke intensif.
Umumnya budidaya sapi di Indonesia masih dilakukan secara tradisional
(ekstensif) yang banyak dilakukan di desa-desa. Usaha penggemukan
sapi secara tradisional umumnya hanya sambilan yang dilakukan oleh
para petani untuk memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan sapi
dan jumlahnya juga tidak banyak berkisar 2-5 ekor. Jika penggemukan
sapi potong dilakukan secara intensif dan manajemen yang baik, maka
dapat menjadi bisnis yang cukup menjajikan.
Keberhasilan suatu usaha penggemukan sapi potong ditentukan oleh
faktor ketersediaan bibit ternak unggul (breed), manajemen
(management) dan pakan (feed). Di Indonesia terdapat
bibit sapi lokal dan sapi crossing unggul yang sudah banyak
dikembangkan, meskipun sebagian sapi bakalan masih impor dari negara
lain. Plasma nutfah sumber bibit sapi potong lokal yang dimiliki
Indonesia cukup banyak dan beragam serta adaptif terhadap kondisi
lingkungan. Selain bibit sapi lokal, saat ini di Indonesia sudah
banyak dikembangkan sapi impor seperti sapi Brahman, Simental,
Limousin dan sapi crossing yang memiliki karakteristik unggul sebagai
bibit sapi potong. Saat ini, peminat sapi bakalan impor semakin
meningkat. Kementrian Pangan Dan Pertanian memprediksikan bahwa
komposisi populasi sapi secara keseluruhan pada tahun 2014 adalah
sapi non lokal 34,14% (brahman, Simental dan Limousine) dan sapi
lokal 65,86% (Bali, PO dan sapi lokal lainnya). Hal ini menunjukan
bahwa, penggunakan bibit sapi non-lokal cukup besar dan cenderung
meningkat peminatnya.
Ketersediaan pakan ternak menjadi aspek penting dalam keberhasilan
usaha penggemukan sapi potong. Oleh karena itu lokasi usaha
penggemukan sapi potong, harus mempertimbangkan ketersediaan sumber
pakan yang memadai. Indonesia memiliki potensi sumber pakan ternak
sapi baik pakan hijauan maupun konsentrat. Di Indonesia memiliki
aneka jenis rumput yang sangat digemari oleh ternak sapi seperti
rumput kolonjono dan rumput gajah yang sangat baik sebagai pakan
ternak sapi. Selain itu, di Indonesia cukup tersedia banyak limbah
pertanian seperti batang tanaman padi, tanaman jagung, tanaman
kacang-kacangan dan lain-lain. Sedangkan, bahan baku pakan konsentrat
antara lain; dedak, jagung, sorgum, dan limbah agroindustri seperti
onggok (ampas singkong), bungkil inti sawit (limbah pabrik pengolahan
minyak sawit), tetes tebu, dedak (limbah penggilingan padi), ampas
tahu, ampas kecap, limbah cair dan kulit kedelai industri tempe, pod
coklat.
Untuk mencapai kemandirian daging sapi, pemerintah telah melakukan
upaya Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2010. Melalui program
tersebut pemerintah berusaha untuk meningkatkan produksi daging sapi
potong dengan memberikan penyediaan bibit, dan pasar yang kondusif.
Untuk menyempurnakan PSDS 2010, maka pemerintah membuat program
lanjutan yaitu Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) tahun 2014
dengan berbagai strategi dan program yang telah disempurnakan
berdasarkan pengalaman-pengalaman pada tahun sebelumnya. Program
Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 (PSDS-2014) merupakan salah satu
program prioritas pemerintah dalam lima tahun ke depan untuk
mewujudkan ketahanan pangan asal ternak berbasis sumberdaya lokal.
Pencapaian swasembada daging sapi ini merupakan tantangan besar dalam
rangka membangun ketahanan pangan nasional, mengingat impor daging
sapi dan bakalan yang masih tinggi.
0 comments:
Post a Comment