Jual Temu Lawak Giling Rp.60.000 per Kg
087731375234
Temu lawak
(Curcuma xanthorrhiza) berasal dari Indonesia, khususnya Pulau Jawa, kemudian
menyebar ke berbagai penjuru dunia. Tanaman
ini dikenal sebagai salah satu tanaman herbal yang banyak dimanfaatkan untuk
mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit. Tanaman ini dapat tumbuh dengan
baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan
berhabitat di hutan tropis. Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik pada tanah yang gembur dan subut. Berbagagi perusahaan jamu di
Indonesia menggunakan temu lawak sebagai salah satu bahan baku ramuan
produk-produk jamu yang banyak beredar.
Bagian yang
berkhasiat dari tanaman temu lawak adalah rimpang nya. Rimpang temu lawah dapat
dimanfaatkan hanya dengan direbus lalu air nya diminum atau dikeringkan lalu
ditepungkan dan seduh dengan air. Rimpang temu lawak mengandung 48-59,64 % zat
tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat
meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang
tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti
kolesterol, antiinflamasi, anemia, antioksidan, pencegah kanker, dan
antimikroba. Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat, dan
minyak atsiri yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin.
Kurkumin bermanfaat sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik
(anti keracunan empedu). Temu lawak memiliki efek farmakologi yaitu,
hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, anti
inflamasi (anti radang), laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan
menghilangkan nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan,
melancarkan ASI, dan membersihkan darah. Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan
obat, temu lawak juga dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil
patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami
gangguan pencernaan. Di sisi lain, temu lawak juga mengandung senyawa beracun
yang dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak atsiri
yang mengandung linelool, geraniol yaitu golongan fenol yang mempunyai daya
repellan nyamuk Aedes aegypti.
Tanaman ini
ditanam secara konvensional mudah dibudidayakan. Hampir di setiap daerah pedesaan,
terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat ditemukan temu lawak terutama di
lahan yang teduh. Bibit diperoleh dari perbanyakan secara vegetatif yaitu
anakan yang tumbuh dari rimpang tua yang berumur 9 bulan atau lebih, kemudian
bibit tersebut ditunaskan terlebih dahulu di tempat yang lembap dan gelap selama
2-3 minggu sebelum ditanam. Cara lain untuk mendapatkan bibit adalah dengan
memotong rimpang tua yang baru dipanen dan sudah memiliki tunas (setiap
potongan terdiri dari 2-3 mata tunas), kemudian dikeringkan dengan cara dijemur
selama 4-6 hari. Temu lawak sebaiknya ditanam pada awal musim hujan agar
rimpang yang dihasilkan besar, sebaiknya tanaman juga diberi naungan.
Lahan penanaman
diolah dengan cangkul atau traktor sedalam kurang lebih 30 cm, kemudian dibuat
bedengan berukuran 3-4 meter dengan panjang sesuai dengan ukuran lahan, untuk
mempermudah drainase agar rimpang tidak tergenang dan membusuk. Lubang tanam dibuat
dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm dengan jarak tanam 100 cm x 75 cm, pada
setiap lubang tanam dimasukkan 2-3 kilogram pupuk kandang. Penanaman bibit
dapat pula dilakukan pada alur tanam sepanjang bedengan, kemudian pupuk kandang
ditaburkan di sepanjang alur tanam, kemudian masukan rimpang bibit sedalam 10 cm
dengan mata tunas menghadap ke atas.
Pemeliharaan
tanaman dilakukan dengan penyiangan gulma tergantung dari pertumbuhan gulma,
sedangkan pembumbunan tanah dilakukan bila terdapat banyak rimpang yang tumbuh
menyembul dari tanah. Waktu panen yang paling baik untuk temu lawak yaitu pada
umur 11-12 bulan karena hasilnya lebih banyak dan kualitas lebih baik daripada
temu lawak yang dipanen pada umur 7-8 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara
menggali atau membongkar tanah disekitar rimpang dengan menggunakan garpu atau
cangkul.
Secara alami
temu lawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari
teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di
bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun temulawak juga dapat dengan mudah
ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini
memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim
tropis. Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 oC.
Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.
Perakaran temu lawak
dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur,
berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun untuk
memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan
berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan
untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap
gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah
tidak mudah tergenang air.Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000
m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati
tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian
240 m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang
hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di
dataran sedang.
Hama tanamana temu lawak antara lain adalah: Ulat jengkal
(Chrysodeixis chalcites Esp), Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn) dan Lalat
rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart) Cara pengendaliannya dengan
penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan konsentrasi
0.1-0.2 %. Penyakit tanaman temu lawak meliputi ; jamur Fusarium disebabkan
oleh fungus oxysporum Schlecht dan Phytium sp serta bakteri Pseudomonas sp yang
berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau
setelah panen. Gejala Fusarium dapat menyebabkan busuk akar rimpang dengan
gejala daum menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang
menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya membusuk.
Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk,
berubah warna menjadi coklat dan akhirnya keseluruhan tanaman menjadi busuk.
Cara pengendalian dengan melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak
menanam tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang dapat
dipakaikan adalah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.1
- 0.2 %. Penyakit layu disebabkan oleh Pseudomonas sp, gejala berupa kelayuan
daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan
rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah. Cara pengendaliannya
dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP
dengan konsentrasi 0.1 -0.2%.
Pengendalian
hama dan penyakit tanaman temu lawak dapat dilakukan secara organic. Dalam
pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan
dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu
sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut
yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah
sbb: Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul
yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari
sejak awal pertanaman.
0 comments:
Post a Comment