087731375234
Jual Aspergillus niger Untuk Fermentasi Pakan ternak
Keberhasilan dalam usaha budidaya hewan unggas seperti ayam potong, ayam petelor, ayam kampung, bebek, mentok, kalkun, sangat ditentukan oleh mutu manajemen perawatan terhadap hama dan penyakit. Pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan secara baik akan mampu menekan tingkat kematian yang seringkali menjadi momok bagi peternak. Berbagai kasus wabah merebaknya penyakit endemik pada hewan ternak unggas telah menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi peternak. oleh karena itu para peternak perlu menerapkan berbagai upaya pengendalian hama dan penyakit unggas. Beberapa peternak telah menerapkan sistem biosecurity untuk mengantisipasi muncul nya bibit penyakit.
Secara umum, upaya pencegahan
penyakit dilakukan dengan tindakan antara lain : menjaga sanitasi
lingkungan kandang, peralatan kandang dan manusianya, pemberian pakan yang fresh
dan sesuai kebutuhan ternak, melakukan vaksinasi secara teratur, pemilihan
lokasi peternakan di daerah yang bebas penyakit, manajemen pemeliharaan yang
baik, kontrol terhadap binatang lain. selain itu, hewan ternak juga perlu diberikan probiotik dari jenis mikroba Lactobacillus yang dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh dari serangan bakteri pathogen, meningkatkan daya cerna hewan terhadap pakan, mengurangi bau kotoran, sehingga pertumbuhan hewan unggas lebih baik.
Beberapa jenis penyakit hewan unggas antara lain adalah sebagai berikut:
Beberapa jenis penyakit hewan unggas antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Avian Influenza (AI)
Avian Influenza (AI) atau dikenal dengan flu
burung, merupakan penyakit yang sangat berbahaya pada unggas. Virus Avian Influenza (AI) merupakan
jenis virus famili orthomyxoviridae. Sumber
infeksi penyakit Avian Influenza antara lain adalah unggas piara, spesies
unggas domestikasi yang lain, burung piara eksotik, unggas liar, hewan lain. Hewan ternak yang terserang AI akan
menunjukan gejala-gejala klinis sebagai berikut: aktivitas menurun, konsumsi
pakan menurun; ayam mengeram lebih lama,
produksi telor menurun, gangguan pernapasan dari yang ringan sampai berat,
batuk, bersin yang berlebihan, sinusitis, bulu menggelapai, edema pada muka dan
kepala, terdapat sianose pada kulit yang tidak berbulu, gangguan saraf dan
diare. Dari tanda klinis ini biasanya hanya salah satu tanda saja yang terlihat
atau beberapa kombinasi. Pada kasus
yang sangat cepat ayam-ayam mati tanpa tanda-tanda. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan membeli
anak ayam yang bebas koriza, sanitasi dengan ketat, bila ada outbreak perlu
dilakukan depopulasi kemudian kandang dibersihkan dan desinfeksi, istirahatkan
beberapa hari. Kemudian masukkan ayam baru yang bebas koriza lakukan vaksinasi. Pengobatan dengan antibiotik hanya untuk
mencegah efek ikutan pada infeksi bakteri dan mycoplasma.
2. New Castle Deisease (NCD)
Salah satu
penyakit yang sering kali menyerang hewan unggas adalah NCD (New Castle
Desease) atau lebih dikenal dengan tetelo. Penyakit ini disebabkan oleh virus
Paramyxo. NCD dapat menular dengan cepat, 3-4 hari seluruh ternak dapat
terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju yang dikenakan
oleh pekerja atau tamu, serangga, burung liar, melalui udara, kontak dengan
hewan sakit melalui eksudat, feses dan urine atau melalui perlengkapan kandang
termasuk pakan.
Virus penyakit
NCD bersifat menggumpalkan sel darah. Gejala yang ditimbulkan: ayam sering
sesak nafas, nafsu makan turun, diare, senang berkumpul pada tempat hangat,
batuk-batuk, bersin-bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, kaki lumpuh, mata
ngantuk, sayap terkulai, kadang berdarah, tinja encer kehijauan, yang spesifik
adanya gejala “tortikolis” yaitu ayam berputar-putar yang akhirnya mati.
Cara
menanggulanginya adalah dengan memisahkan ayam yang terserang NCD antara lain:
melakukan sanitasi kandang yang baik yaitu dengan menjaga kebersihan kandang
dan peralatan untuk mencegah tercemar virus, kandang diusahakan agar lantai
tetap kering, anak ayam harus berasal dari peternakan yang bebas NCD, vaksinasi
NCD, ayam yang mati segera dibakar atau dikubur jauh dari lingkungan kandang,
pisahkan ayam yang sakit agar tidak menular, setiap tamu dan karyawan yang
masuk areal peternakan mengenakan baju steril.
3. Infectious Bronchitis (IB)
Penyakit IB disebbakan
oleh Coronaviridae. Gejala
klinis dari ayam yang terserang IB menunjukan gejala sulit bernafas, ngorok,
dan mata keluar eksudat. Produksi telor menurun antara 10-50 %, bentuk telor
tidak normal, kerabang lunak atau kasar, daya tetas menurun. Pengendalian
dilakukan dengan sanitasi kandang secara intensif, lakukan vaksinasi secara
teratur.
4. Berak Kapur (Pullorum)
Berak kapur disebabkan oleh
bakteri Salmonella pullorum. Penyakit ini seringkali menyerang anak ayam atau
ayam dara. Penelurannya melalui: telor, kontak langsung antara ayam sehat
dengan ayam sakit; peralatan penetasan dan peralatan kandang yang kurang
bersih, kotoran, air, makanan dan lingkungan yang terkontaminasi.
Gejala klinis pada ayam yang terinveksi
berak kapur adalah antara lain adalah ayam yang menetas kelihatan lemah dan
ngantuk dan akhirnya mati, nafsu makan menurun, diare berwarna putih yang
menempel, berkelompok di dekat sumber panas, timbul gangguan pernafasan pada
anak ayam. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah pengobatan terhadap ayam dan tetap dipelihara sehingga tidak menimbulkan
kerugian yang banyak. Sedangkan pada ayam indukan petelor dianjurkan untuk
dilakukan depopulasi. Penggunaan obat sulfa atau furazolidon atau antibiotik
berspektrum luas. Obat dicampurkan pada air minum. Lakukan sanitasi kandang
secara rutin.
5. Fowl Pox (Cacar Ayam)
Penyakit ini disebabkan oleh virus DNA yaitu virus pox. Sumber penularannya
adalah nyamuk, melalui luka pada kulit, bisa juga melalui keropeng tertular
yang dimakan, penularan langsung juga dapat terjadi misalnya dengan
mematuk-matuk ayam sakit. Gejala klinis mula-mula berupa papula kecil berwarna
kelabu di daerah kulit yang tidak berbulu, pada bagian kepala dan kaki.
Beberapa radang bergabung membentuk radang yang besar dan akhirnya membentuk
keropeng besar. Apabila keropeng dikelupas akan terjadi perdarahan dilapisan
bawahnya. Pada tipe cacar basah akan terlihat bercak berwarna kuning pada
selaput lendir mulut, lubang hidung dan faring, sering menyebabkan penyumbatan
saluran udara yang mengakibatkan penderita tercekik. Pengendalian yang dapat
dilakukan terhadap ayam yang terkena penyakit ini adalah dengan melakukan isolasi,
sedangkan ayam di sekitar kandang harus divaksinasi. Untuk mencegah infeksi
sekunder diberi antibiotik dan vitamin. Populasi nyamuk dapat ditekan dengan
menggunakan pestisida.
6. Gumboro
(Infectious Bursal Disease /IBD)
Penyakit ini
disebabkan oleh virus.
Penyebaran melalui kontaminasi virus pada peralatan kandang, pakan, alat
angkut, dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam kandang. Gejala klinis ada
dua penyakit gumboro yaitu subklinis dan klinis. Gejala subklinis menyerang
ayam muda yang umurnya kurang dari 3 minggu dan tidak terlihat gejala
klinisnya. Biasanya tidak menimbulkan kematian tetapi ayam yang terserang dan
sembuh dari penyakit akan mengalami imunodepresi akibat kerusakan sel-sel
limfosit pembentuk antibodi yang berada dalam bursa fabrisius, thymus dan
limpa. Ayam menjadi tidak tanggap terhadap vaksinasi dan kematian terjadi
akibat infeksi penyakit lain.
Sedangkan gejala klinis kejadiannya
berjalan akut dengan tanda-tanda klinis ayam menjadi lesu, kurang nafsu makan,
inkoordinasi, tremor, peradangan di sekitar dubur, mencret putih dan berlendir,
mematuk-matuk kloaka dan bulunya kusam. Bila terjadi infeksi sekunder,
kesembuhan dapat terjadi dalam waktu kurang dari satu minggu dan kematian tidak
lebih dari 20 %. Pengendalian yaitu dengan melaksanakan vaksinasi.
7. Fowl
Kolera (Kolera Unggas)
Penyebab
penyakit ini adalah Pasteurella
multocida. Penularan jika ayam mematuk ayam lain yang mati karena terserang
kolera. Gejala klinis meliputi: kematian mendadak pada ayam yang terserang
kolera akut, nafsu makan turun, depresi, kebiruan, mengeluarkan cairan kental
dari mulut atau hidung, diare putih berair atau hijau mengental. Pada ayam
kampung yang terserang secara kronis mengalami pembengkakan pada persendian,
cuping, telapak kaki atau selaput sendi. Eksudatnya biasanya terkumpul di dalam
selaput mata atau sinus infraorbitalis. Pengendalian dilakukan dengan menjaga
kebersihan lingkungan, vaksinasi, bila ada out break sebaiknya dilakukan
depopulasi, pengobatan dengan sulfamethoxine, sulfaquinoxaline, ulfamethazine, sulfamerazine,
tetracyclin, erythromycin, streptomycin, penicillin.
8. Berak darah (Coccidiosis)
Penyakit
koksidiosis (berak darah) adalah merupakan salah satu jenis penyakit yang
disebabkan oleh protozoa yang sering kali menyerang hewan unggas hampir di
seluruh dunia. Koksidiosis disebabkan oleh protozoa dengan famili Eimeridae,
yang terdiri dari empat genus, antara lain Cryptospororidium, Isospora, Eimeria
dan Tyzzaria. Pada kebanyakan unggas, Eimeria menyerang usus, kecuali pada
angsa, Eimeria menyerang ginjal. Kematian ayam akibat koksidiosis bisa mencapai
80 – 90% jika penyakit tidak diobati. Kerugian lain selain kematian ternak,
maka koksidiosis menyebabkan penurunan berat badan, penghambatan masa bertelor,
penurunan produksi telor dan penurunan efisiensi penggunaan pakan.
Gejala
Klinis koksidiosis berjalan secara akut dan ditandai dengan depresi, bulu kusut
dan diare dengan tinja berwarna hijau, napsu makan hilang, muntah darah,
paralisa dan diikuti kematian akibat kolaps. Unggas yang terinfeksi E. tenella
memperlihatkan gejala kepucatan pada jengger dan pial disertai kotoran yang
bercampur darah. Pada penyakit yang tidak menunjukkan gejala klinis, maka
ditandai oleh penurunan produksi telor dan daya tetas serta bobot badan.
Tindakan
pencegahan terhadap penyakit koksidiosis yang penting dilakukan adalah
pengaturan sistim ventilasi udara yang baik, pengaturan kepadatan kandang yang
sesuai dengan kapasitasnya, penyediaan tempat pakan dan minum yang cukup. Pengobatan
terhadap koksidiosis bisa diusahakan dengan pemberian larutan amprolium atau
sulfonamida dalam air minum, pemberian air yang dapat mensuspensi suplemen
vitamin A dan K akan mempercepat proses kesembuhan.
9. Penyakit
Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
Penyakit ini disebabkan
oleh Mycoplasma gallisepticum. Sesak nafas penyebabnya adalah bakteri Mycoplasma gallisepticum. Penyakit ini
menyerang alat-alat pernafasan, sehingga ayam kesulitan untuk bernafas. Gejala
klinis ayam yang menderita penyakit ngorok adalah ayam sering bersin, keluar
ingus lewat hidung dan ngorok saat bernafas, sayap terkulai, mengantuk, tubuh
lemah pada ayam muda, diare dengan kotoran berwarna hijau kuning
keputihan.
0 comments:
Post a Comment