Jual Probiotik Untuk Pakan Ternak
087731375234
Pencegahan
penyakit dapat dilakukan dengan tindakan antara lain : Menjaga sanitasi
lingkungan kandang, peralatan kandang dan manusianya, pemberian pakan yang fresh
dan sesuai kebutuhan ternak, melakukan vaksinasi secara teratur, pemilihan
lokasi peternakan di daerah yang bebas penyakit, manajemen pemeliharaan yang
baik, kontrol terhadap binatang lain.
A. Penyakit
Unggas
1.
Avian Influenza (AI)
Avian Influenza (AI) atau dikenal dengan flu
burung, merupakan penyakit yang sangat berbahaya pada unggas. Virus Avian Influenza (AI) merupakan
jenis virus famili orthomyxoviridae. Sumber
infeksi penyakit Avian Influenza antara lain adalah unggas piara, spesies
unggas domestikasi yang lain, burung piara eksotik, unggas liar, hewan lain. Hewan ternak yang terserang AI akan
menunjukan gejala-gejala klinis sebagai berikut: aktivitas menurun, konsumsi
pakan menurun; ayam mengeram lebih lama,
produksi telor menurun, gangguan pernapasan dari yang ringan sampai berat,
batuk, bersin yang berlebihan, sinusitis, bulu menggelapai, edema pada muka dan
kepala, terdapat sianose pada kulit yang tidak berbulu, gangguan saraf dan
diare. Dari tanda klinis ini biasanya hanya salah satu tanda saja yang terlihat
atau beberapa kombinasi. Pada kasus
yang sangat cepat ayam-ayam mati tanpa tanda-tanda. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan membeli
anak ayam yang bebas koriza, sanitasi dengan ketat, bila ada outbreak perlu
dilakukan depopulasi kemudian kandang dibersihkan dan desinfeksi, istirahatkan
beberapa hari. Kemudian masukkan ayam baru yang bebas koriza lakukan vaksinasi.
Tidak ada pengobatan yang
spesifik, semua pengobatan hanya menunjang secara alam untuk melegakan alat
pernapasan.
2. New Castle Deisease (NCD)
Salah satu
penyakit yang sering kali menyerang hewan unggas adalah NCD (New Castle
Desease) atau lebih dikenal dengan tetelo. Penyakit ini disebabkan oleh virus
Paramyxo. NCD dapat menular dengan cepat, 3-4 hari seluruh ternak dapat
terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju yang dikenakan
oleh pekerja atau tamu, serangga, burung liar, melalui udara, kontak dengan
hewan sakit melalui eksudat, feses dan urine atau melalui perlengkapan kandang
termasuk pakan.
Virus penyakit
NCD bersifat menggumpalkan sel darah. Gejala yang ditimbulkan: ayam sering
sesak nafas, nafsu makan turun, diare, senang berkumpul pada tempat hangat,
batuk-batuk, bersin-bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, kaki lumpuh, mata
ngantuk, sayap terkulai, kadang berdarah, tinja encer kehijauan, yang spesifik
adanya gejala “tortikolis” yaitu ayam berputar-putar yang akhirnya mati.
Cara
menanggulanginya adalah dengan memisahkan ayam yang terserang NCD antara lain:
melakukan sanitasi kandang yang baik yaitu dengan menjaga kebersihan kandang
dan peralatan untuk mencegah tercemar virus, kandang diusahakan agar lantai
tetap kering, anak ayam harus berasal dari peternakan yang bebas NCD, vaksinasi
NCD, ayam yang mati segera dibakar atau dikubur jauh dari lingkungan kandang,
pisahkan ayam yang sakit agar tidak menular, setiap tamu dan karyawan yang
masuk areal peternakan mengenakan baju steril.
3. Infectious Bronchitis (IB)
Penyakit IB disebbakan
oleh Coronaviridae. Gejala
klinis dari ayam yang terserang IB menunjukan gejala sulit bernafas, ngorok,
dan mata keluar eksudat. Produksi telor menurun antara 10-50 %, bentuk telor
tidak normal, kerabang lunak atau kasar, daya tetas menurun. Pengendalian
dilakukan dengan sanitasi kandang secara intensif, lakukan vaksinasi secara
teratur.
4. Berak Kapur (Pullorum)
Berak kapur disebabkan oleh
bakteri Salmonella pullorum. Penyakit ini seringkali menyerang anak ayam atau
ayam dara. Penelurannya melalui: telor, kontak langsung antara ayam sehat
dengan ayam sakit; peralatan penetasan dan peralatan kandang yang kurang
bersih, kotoran, air, makanan dan lingkungan yang terkontaminasi.
Gejala klinis pada ayam yang terinveksi
berak kapur adalah antara lain adalah ayam yang menetas kelihatan lemah dan
ngantuk dan akhirnya mati, nafsu makan menurun, diare berwarna putih yang
menempel, berkelompok di dekat sumber panas, timbul gangguan pernafasan pada
anak ayam. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah pengobatan terhadap ayam dan tetap dipelihara sehingga tidak menimbulkan
kerugian yang banyak. Sedangkan pada ayam indukan petelor dianjurkan untuk
dilakukan depopulasi.
5. Fowl Pox (Cacar Ayam)
Penyakit ini disebabkan oleh virus DNA yaitu virus pox. Sumber penularannya
adalah nyamuk, melalui luka pada kulit, bisa juga melalui keropeng tertular
yang dimakan, penularan langsung juga dapat terjadi misalnya dengan
mematuk-matuk ayam sakit. Gejala klinis mula-mula berupa papula kecil berwarna
kelabu di daerah kulit yang tidak berbulu, pada bagian kepala dan kaki.
Beberapa radang bergabung membentuk radang yang besar dan akhirnya membentuk
keropeng besar. Apabila keropeng dikelupas akan terjadi perdarahan dilapisan
bawahnya. Pada tipe cacar basah akan terlihat bercak berwarna kuning pada
selaput lendir mulut, lubang hidung dan faring, sering menyebabkan penyumbatan
saluran udara yang mengakibatkan penderita tercekik. Pengendalian yang dapat dilakukan terhadap ayam yang
terkena penyakit ini adalah dengan melakukan isolasi, sedangkan ayam di sekitar
kandang harus divaksinasi. Untuk mencegah infeksi sekunder diberi antibiotik
dan vitamin. Populasi nyamuk dapat ditekan dengan menggunakan pestisida.
6. Gumboro
(Infectious Bursal Disease /IBD)
Penyakit ini
disebabkan oleh virus.
Penyebaran melalui kontaminasi virus pada peralatan kandang, pakan, alat
angkut, dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam kandang. Gejala klinis ada
dua penyakit gumboro yaitu subklinis dan klinis. Gejala subklinis menyerang
ayam muda yang umurnya kurang dari 3 minggu dan tidak terlihat gejala
klinisnya. Biasanya tidak menimbulkan kematian tetapi ayam yang terserang dan
sembuh dari penyakit akan mengalami imunodepresi akibat kerusakan sel-sel
limfosit pembentuk antibodi yang berada dalam bursa fabrisius, thymus dan
limpa. Ayam menjadi tidak tanggap terhadap vaksinasi dan kematian terjadi
akibat infeksi penyakit lain.
Sedangkan gejala klinis kejadiannya
berjalan akut dengan tanda-tanda klinis ayam menjadi lesu, kurang nafsu makan,
inkoordinasi, tremor, peradangan di sekitar dubur, mencret putih dan berlendir,
mematuk-matuk kloaka dan bulunya kusam. Bila terjadi infeksi sekunder,
kesembuhan dapat terjadi dalam waktu kurang dari satu minggu dan kematian tidak
lebih dari 20 %. Pengendalian yaitu dengan melaksanakan vaksinasi.
7. Fowl
Kolera (Kolera Unggas)
Penyebab
penyakit ini adalah Pasteurella
multocida. Penularan jika ayam mematuk ayam lain yang mati karena terserang
kolera. Gejala klinis meliputi: kematian mendadak pada ayam yang terserang
kolera akut, nafsu makan turun, depresi, kebiruan, mengeluarkan cairan kental
dari mulut atau hidung, diare putih berair atau hijau mengental. Pada ayam
kampung yang terserang secara kronis mengalami pembengkakan pada persendian,
cuping, telapak kaki atau selaput sendi. Eksudatnya biasanya terkumpul di dalam
selaput mata atau sinus infraorbitalis. Pengendalian dilakukan dengan menjaga
kebersihan lingkungan, vaksinasi, bila ada out break sebaiknya dilakukan
depopulasi dan pengobatan.
8. Berak darah (Coccidiosis)
Penyakit
koksidiosis (berak darah) adalah merupakan salah satu jenis penyakit yang
disebabkan oleh protozoa yang sering kali menyerang hewan unggas hampir di
seluruh dunia. Koksidiosis disebabkan oleh protozoa dengan famili Eimeridae,
yang terdiri dari empat genus, antara lain Cryptospororidium, Isospora, Eimeria
dan Tyzzaria. Pada kebanyakan unggas, Eimeria menyerang usus, kecuali pada
angsa, Eimeria menyerang ginjal. Kematian ayam akibat koksidiosis bisa mencapai
80 – 90% jika penyakit tidak diobati. Kerugian lain selain kematian ternak,
maka koksidiosis menyebabkan penurunan berat badan, penghambatan masa bertelor,
penurunan produksi telor dan penurunan efisiensi penggunaan pakan.
Kejadian
koksidiosis akan mudah mewabah karena beberapa faktor, yaitu kandungan air yang
tinggi dalam litter yang melebihi 30%, adanya penyakit lain yang menekan
kekebalan tubuh, seperti Marek, IBD atau mikotoksin. Penggunaan antikoksidia dalam
pakan yang kurang merata pencampurannya, juga bisa berperan sebagai faktor
predisposisi. Faktor yang lain adalah stres lingkungan dan manajemen perawatan seperti
kepadatan yang terlalu tinggi, kurangnya kualitas dan kuantitas pakan, ventilasi
udara yang jelek dan lain-lain.
Gejala
Klinis koksidiosis berjalan secara akut dan ditandai dengan depresi, bulu kusut
dan diare dengan tinja berwarna hijau, napsu makan hilang, muntah darah,
paralisa dan diikuti kematian akibat kolaps. Unggas yang terinfeksi E. tenella
memperlihatkan gejala kepucatan pada jengger dan pial disertai kotoran yang
bercampur darah. Pada penyakit yang tidak menunjukkan gejala klinis, maka
ditandai oleh penurunan produksi telor dan daya tetas serta bobot badan.
Tindakan
pencegahan terhadap penyakit koksidiosis yang penting dilakukan adalah
pengaturan sistim ventilasi udara yang baik, pengaturan kepadatan kandang yang
sesuai dengan kapasitasnya, penyediaan tempat pakan dan minum yang cukup.
Khusus untuk pengaturan tempat air minum, sebaiknya diusahakan menggunakan
model nipple drinker, sehingga tidak banyak air yang tumpah ke litter. Hal ini
akan mengurangi risiko kelembaban yang tinggi dalam litter.
9. Penyakit
Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
Penyakit ini disebabkan
oleh Mycoplasma gallisepticum. Sesak nafas penyebabnya adalah bakteri Mycoplasma gallisepticum. Penyakit ini
menyerang alat-alat pernafasan, sehingga ayam kesulitan untuk bernafas. Gejala
klinis ayam yang menderita penyakit ngorok adalah ayam sering bersin, keluar
ingus lewat hidung dan ngorok saat bernafas, sayap terkulai, mengantuk, tubuh
lemah pada ayam muda, diare dengan kotoran berwarna hijau kuning
keputihan.
10. Penyakit Parasit Cacing (Helminthiasis)
Penyakit
helminthiasis dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan, penurunan produksi telor,
berat telor tidak bisa mencapai maksimal dan awal waktu bertelor yang tidak
semestinya. Helminthiasis pada unggas disebabkan oleh cacing, yang secara umum terdiri
dari tiga klas, yaitu klas Nematoda, Trematoda dan Cestoda. Penyakit helminthiasis
akibat cacing Nematoda disebut Nematodosis, yang disebabkan Trematoda disebut
Trematodosis dan yang disebabkan oleh Cestoda disebut Cestodosis. Nematodosis
disebabkan oleh jenis cacing Nematoda yang menyerang unggas dengan berbagai
lokasi penyerangan diantaranya adalah: 1). Cacing
Mata /Eye Worm (Oxyspirura sp), Cacing Oxyspirura sp berukuran kira-kira 2 cm,
hidup di saccus conjunctiva, sering menyebabkan conjunctivitis, opthalmitis, dan
protrusion membrana nictitans. Cacing jenis ini menyerang berbagai unggas,
antara lain ayam, kalkun, merpati, burung-burung liar dan burung-burung dalam
sangkar. 2). Syngamus trachea. Syngamus
trakhea hidup di trakhea, kadang-kadang pada bornkhus. Cacing hidup di darah
dan menyebabkan trakheitis diffuse atau fokal di tempat menempelnya. Ukuran cacing
lebih dari 2 cm. Cacing menyerang berbagai unggas, antara lain ayam, kalkun, dengan
gejala-gejala, seperti pernafasan cepat, dyspnoe, head shaking. 3). Capillaria sp. Capillaria sp merupakan
Nematoda yang menginfeksi crop dan esophagus dan menyebabkan radang mukosa crop
dan esophagus. Cacing jenis ini juga menyerang: ayam, kalkun, angsa, itik dan
burung-burung dalam sangkar. Gejala yng ditimbulkan berupa anemia dan
kelemahan. 4). Dyspharynx, Tetrameres,
Cyrnea merupakan Nematoda yang hidup di proventriculus ayam dan unggas
lain. Ukuran dewasa antara 3 – 18 mm, parasit bersembunyi di dalam mukosa dan
sering penetrasi ke dalam kelenjar-kelenjar. Gejala yang ditimbulkan, antara
lain : diare, kelemahan dan anemia yang diserta dengan ulserasi mukosa,
hemorrhagi, nekrosis, pembengkakan mukosa. Cacing ini menyerang berbagai unggas,
antara lain : ayam, kalkun, merpati, puyuh dan itik. 5). Ascaridia sp banyak spesies Ascaridia sp yang diketahui
menyerang usus halus unggas. Cacing ini meyebabkan enteritis terutama pada
unggas muda. Unggas yang diserang antara lain : ayam, kalkun, merpati, puyuh.
Siklus hidup cacing ini bersifat langsung, meskipun bisa juga melalui cacing
tanah. Salah satu contoh spesies yang sering menyerang ayam adalah Ascaridia
galli.
Cestodosis merupakan penyakit cacing
pita yang menyerang ayam pada semua umur. Penyebarannya melalui kotoran ayam
yang sakit atau alat-alat yang digunakan. Gejala yang terlihat antara lain
lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan sayap yang menggantung serta kondisi yang
berangsur-angsur menurun dan selanjutnya diikuti kematian akibat komplikasi.
Cacing Cestoda yang sering hidup pada ayam yaitu Raillietina spp. Infeksi
Cestoda memiliki tingkat penyebaran lebih luas daripada infeksi oleh Nematoda
dan trematoda.
Cacing
yang hidup dalam saluran pencernaan akan mengambil makanan dengan cara menyerap
sari makanan dari induk semangnya pada mukosa usus. Apabila tingkat infeksi
cukup berat, induk semang akan mengalami hypoglicemia dan hypoproteinemia yang
nyata. Gejala klinis akibat cacing Cestoda pada ayam dipengaruhi antara lain
oleh status pakan atau keadaan gizi ternak, jumlah infeksi dan umur ayam. Pada
beberapa jenis infeksi, gejala umum pada ayam muda biasanya ditunjukkan oleh
adanya penurunan bobot badan, hilangnya napsu makan, kekerdilan, diare dan
anemia. Penurunan produksi telor dan kesehatan secara umum juga merupakan
gejala umum akibat infeksi cacing Cestoda. Cacing Cestoda dalam jumlah besar
akan banyak mengambil sari makann dari tubuh inangn sehingga tidak jarang
menyebabkan hypoglicemia dan hypoproteinemia.
Diagnosis
penyakit didasarkan atas gejala klinik yang tampak dan sejarah timbulnya
penyakit. selain itu dapat pula dengan melakukan pemeriksaan tinja secara mikroskopis
dimana akan ditemukan proglottid masak yang lepas atau telor cacing yang keluar
bersama tinja.
Trematodosis. Penyakit parasit cacing
oleh cacing trematoda pada unggas yang terkenal adalah Echonostoma revolutum.
Cacing ini hidup di rektum dan sekum ayam, itik, angsa, dan unggas air lainnya,
burung merpati dan berbagai burung lain serta mamalia, termasuk tikus air
bahkan manusia di seluruh dunia. Cacing jenis ini merupakan cacing trematoda
yang paling terkenal dan serkaria dapat ditemukan dengan mudah pada berbagai
siput air tawar. Infeksi yang berat dari E. revolutum menunjukan gejala kekurusan, kelemahan dan diare
pada unggas. Pada anak ayam menyebabkan perdarahan bercak-bercak pada tempat
perlekatan acetabulum dengan permukaan mukosa usus. Pencegahan helminthiasis
yang bisa dilakukan adalah melakukan sanitasi kandang, menghindarkan kandang
dari vektor (induk semang antara) dan ternak liar dan mengusahakan pengelolaan
peternakan sebaik mungkin, seperti mencegah kepadatan kandang yang berlebihan,
mengusahakan ventilasi kandang yang cukup dan menerapkan sistim all in all out.
Pengobatan terhadap parasit cacing harus dilakukan seawal mungkin, karena jika keadaan
sudah parah, maka pengobatan menjadi sia-sia.Obat-obatan yang bisa digunakan
adalah Vermizin, Vermixon sirup, Cacing Exitor untuk membasmi Ascaridia galli.
Tri Worm juga bisa digunakan untuk mengatasi A. galli dan Heterakis gallinarum.
Pada
ayam yang dipelihara dalam kandang postal maka pemberian obat cacing bisa
dilakukan mulai umur satu bulan dan diulang setiap bulan sekali. Sedangkan pada
ayam yang dipelihara di kandang baterai pemberian obat cacing setiap tiga bulan
sekali. Pemberian obat cacing akan lebih efektif jika diberikan dua hari
berturut-turut. Ayam dipuasakan terlebih dahulu kira-kira selama satu jam
sebelum pemberian obat.
11. Penyakit Pada Unggas Akibat Parasit
Eksternal
Gangguan
parasit luar disebabkan oleh beberapa jenis insekta/serangga, seperti lalat,
kutu, caplak, gurem, tungau dan sebagainya. Gangguan parasit luar akan menimbulkan
rasa tidak enak, tidak tenang, gatal, kerusakan bulu, pertumbuhan terhambat,
gangguan produksi dan yang lebih berbahaya lagi apabila parasit luar tersebut berperan
sebagai vektor penyakit bakteri, virus, cacing atau koksidiosis. Berbagai jenis
kutu terdapat pada bulu ayam dan mungkin ditemukan juga di bawah sayap, pada
leher dan di sekitar perut dekat kloaka. Biasanya telor kutu tersebut terkumpul
pada pangkal bulu. Tungau : Ornithonyssus
dan Dermanyssus merupakan tungau penghisap darah pada ayam. Tungau kudis yang
menyerang kaki ayam dikenal dengan Knemidocoptes mutans yang menyebabkan
dermatitis yang bisa melanjut menjadi scaly leg. Caplak berkulit lunak (Argas
spp) hidup di daerah tropis dan menyerang ayamayam petelor yang dipelihara
dalam kandang panggung atau di atas litter. Caplak menyukai lokasi di bawah
sayap dan menyerang di malam hari. Unggas penderita menampakkan bercak
perdarahan (hematoma). Caplak ini dapat menularkan penyakit spirokhetosis.
Tindakan
pengendalian terhadap serangan parasit eksternal antara lain berupa (1) dusting,
adalah penggunaan serbuk atau powder untuk mengatasi gangguan ayam terhadap
parasit luar. Pada ayam penderita dapat diberikan Sodium Fluorida pada pangkal sayap,
bulu pada kepala, ekor, dada, kedua sayap, kedua kaki/paha, dasar ekor, bawah lubang
kloaka dan punggung.
0 comments:
Post a Comment